Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi
Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi
Sebalum kita bekerja atau melakukan praktikum di laboratorium mikrobiologi ada baiknya kita terlebih dahulu mengenal alat alat Laboratorium Mikrobiologi beserta fungsinya. sebagai seorang analis sangat penting mengenal peralatan apa saja yang akan kita butuhkan saat bekerja atau praktik di dalam Lab. Misalakan saat kita sedang malakukan analisa (dengan mengacu pada suatu metode tertentu) maka kita harus mengenali alat apa saja yang kita perlukan agar saat melakukan analisa kita tidak terhenti ditengah jalan karena alat yang kita butuhkan tidak ada, jika sudah terjadi hal seperti itu kan sangat disayangkan sekali waktu dan tenaga kita terbuang percuma.
Prinsip kerja yang steril dan aseptis merupakan prinsip kerja yang harus dilakukan pada saat melakukan praktikum atau penelitian di Laboratorium Mikrobiologi. Kerja yang steril berarti kerja pada kondisi bebas dari semua bentuk hidup mikroorganisme, termasuk endospora dan virus. Namun, kondisi steril tidak terbebas dari kehadiran prion. Proses atau tahapan kerja untuk menghilangkan atau mematikan seluruh bentuk hidup mikroorganisme dan virus disebut sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, baik metode fisik maupun kimia (Nester dkk., 2004).
Sementara itu, kerja aseptis adalah kerja pada kondisi tercegah dari serangan agen infeksi yang dapat menginfeksi jaringan atau material yang steril. Untuk mencapai kondisi aseptis diperlukan teknik-teknik aseptik (Benson, 2001). Teknik-teknik aseptik adalah teknik yang dilakukan untuk mengurangi serangan patogen yang dapat mengontaminasi media/kultur (Black, 2008) dan jaringan hidup (Benson, 2001). Suatu media atau jaringan hidup agar terbebas dari kontaminasi agen penyebab penyakit dan virus harus dilakukan upaya disinfeksi terlebih dahulu. Secara umum, disinfeksi menggunakan zat kimia antimikroba yang disebut zat disinfektan (Nester dkk., 2004; Black, 2008).
Zat disinfektan mudah mematikan bakteri dalam fase vegetatif, jamur, dan lipid containing virus. Sementara itu, zat disinfektan sulit mematikan Mycobacteria dan non-lipid containing virus serta umumnya spora bakteri dapat resistan terhadap zat tersebut (Collins & Lyne, 2004). Zat disinfektan dapat berupa fungisida dan germisida. Fungisida adalah zat disinfektan yang dapat membunuh jamur, sedangkan germisida adalah zat disinfektan yang dapat membunuh mikroorganisme dan menginaktivasi virus (Nester dkk., 2004). Sementara itu, zat disinfektan yang aman digunakan oleh kulit atau jaringan hidup lain disebut zat antiseptik (Benson, 2001; Nester dkk., 2004).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sterilisasi mempunyai bermacam-macam metode. Metode-metode sterilisasi tersebut antara lain metode penyalaan (flaming), panas-kering, autoclaving, tyndalisasi, filtrasi, dan inspisasi (Collins & Lyne, 2004). Namun, metode yang paling umum dan mendasar untuk digunakan dalam sterilisasi adalah metode autoclaving, panas-kering, dan filtrasi (Harley & Prescott, 2002).
Metode autoclaving menggunakan alat yang disebut autoklaf. Metode autoclaving atau metode panas-basah memanfaatkan panas uap air untuk melakukan proses pensterilan. Tidak hanya itu, metode autoclaving memanfaatkan kekuatan tekanan, sehingga suhu yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan proses sterilisasi menjadi lebih cepat (Collins & Lyne, 2004). Sementara itu, metode panas-kering memanfaatkan aliran udara panas untuk melakukan proses pensterilan. Berbeda dengan metode autoclaving, metode panas-kering memerlukan waktu yang lebih lama karena sterilisasi tidak disertai dengan tekanan seperti halnya pada metode autoclaving (Harley & Prescott, 2002). Selanjutnya, metode filtrasi merupakan metode pensterilan dengan menggunakan pori yang sangat kecil untuk menyaring bakteri. Namun, mikroplasma dan virus tidak ikut tersaring dengan menggunakan metode filtrasi (Collins & Lyne, 2004).
Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-alat yang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang tidak. Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator atau inkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer box, anaerobic jar, sentrifugator, dan spektrofotometer. Berikut penjelasan artikel alat-alat laboratorium mikrobiologi beserta fungsinya:
Equipment
1.Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop)
jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating.
2.Mikropipet (Micropippete) dan Tip
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 μl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.
3.Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)
Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alas an efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.
4.Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)
Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.
5.Beaker Glass
Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media media, menampung akuades dll.
6.Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya.
7.Cawan Petri (Petri Dish)
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
8.Batang L (L Rod)
Batang L bermanfaat untuk menyebarkan cairan di permukaan mediaagar supaya bakteri yang tersuspensidalam cairan tersebut tersebar merata. Alat ini juga disebut spreader.
9.Tabung Durham (Durham Tube)
Tabung durham yaitu tabung yang memiliki bentuk yang sama dengan tabung reaksi tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding tabung reaksi. Berfungsi untuk menampung hasil fermentasi mikroorganisme berupa gas. Dalam penggunaannya, maka tabung durham itu ditempatkan terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini kemudian diisi dengan medium cair. Setelah seluruhnya disterilkan dan medium sudah dingin, maka dapat dilakukan inokulasi. Jika bakteri yang ditumbuhkan dalam media tersebut memang menghasilkan gas, maka gas akan tampak sebagai gelembung pada dasar tabung durham.
10.Termometer (thermometer)
Termometer adalah batang kaca yang panjangnya 300 mm, diameter 6-7 mm berisi air raksa dan gas, serta dilengkapi dengan skala derajat Celcius. Berfungsi untuk mengukur suhu suatu larutan atau ruang inkubator. Prinsip kerjanya yaitu mengukur suhu sesuai laju air raksa di dalam thermometer.
Apparatus
1.Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)
Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.
2.Hot plate stirrer dan Stirre bar
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.
3.Autoklaf (Autoclave)
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus.
Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan memanfaatkan panas uap air di bawah tekanan. Temperatur panas uap air pada tekanan atmosfer hanya mencapai 100 °C. Akan tetapi, temperatur akan meningkat dengan adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15 lb/in2) temperatur menjadi 121°C. Bakteri akan dibunuh pada temperatur tersebut kurang lebih selama 15-20 menit (Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi kultur media, jarum suntik, dan larutan yang termostabil (Cappuccino & Sherman, 2001).
Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan temperatur, tergantung material yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat autoklaf berkisar antara 15-20 lb, temperatur yang diizinkan berkisar antara 121-125 °C (250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-45 menit, tergantung bahan atau material yang akan dimuat (Morello dkk., 2003). Udara juga merupakan faktor penting yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara pada muatan autoklaf akan memberi pengaruh kurang baik terhadap penetrasi panas uap air ke kultur media (Collins & Lyne, 2004). Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau tidak, diperlukan pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan adalah endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya dapat resistan terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat autoklaf sedang bermasalah. Cara pengecekan dimulai dengan menaruh strip yang mengandung spora bakteri dengan material yang disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip ditempatkan di dalam medium cair. Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada medium cair, berarti proses sterilisasi tidak berjalan sukses (Morello dkk., 2003).
4.oven
Oven Berfungsi untuk sterilisasi kering. alat-alat yang disterilkan menggunakan oven antaralain peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, dll. serilisasi kerning dengan oven dilakukan dengan cara memanaskan dengan suhu 180oC selama 1 jam.
Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan autoklaf, oven tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven dapat mensterilkan barang-barang dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran udara panas tersebut didapatkan secara elektrik. Barang-barang yang disterilkan oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan objek metal (Collins & Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila diberikan panas uap air (Harley & Prescott, 2002).
Kelemahan sterilisasi menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan sterilisasi cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan untuk melakukan sterilisasi pada oven, berkisar antara 160-170 °C. Apabila lebih dari 180 °C, barang yang disterilisasi akan menjadi gosong (Harley & Prescott, 2002).
5.Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan. Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme bisa melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga temperatur dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan disediakan dengan memberikan air di dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba. Lingkungan yang basah memperlambat dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman, 2001).
Inkubator. |
Inkubator memiliki banyak tipe, misalnya inkubator statis, inkubator kocok, dan inkubator waterbath shaker. Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk mengerami mikroba pada medium padat. Sementara itu, inkubator kocok dan inkubator waterbath shaker digunakan untuk mengerami mikroba pada medium cair. Pengocokan pada inkubator kocok dilakukan untuk memberikan pengaruh terhadap temperatur dan beberapa aspek metabolisme mikroba (Patching & Rose, 1970). Adanya prosedur pengocokan pada proses inkubasi mikroba sangat bermanfaat pada mikroba yang dikultur di medium cair, seperti meningkatkan kontak antara mikroba dan media.
Penggunaan inkubator waterbath shaker memiliki keuntungan dibandingkan dengan jenis inkubator yang lain. Keuntungannya adalah penghantaran panas lebih cepat dan merata kepada kultur mikroba, karena penghantaran panas melalui air. Agitasi atau pergolakan air juga akan meningkatkan aerasi. Namun, inkubator waterbath shaker juga memiliki kekurangan, yaitu hanya dapat menginkubasi mikroba pada medium cair (Cappuccino & Sherman, 2001).
Selanjutnya, timbul masalah khusus mengenai inkubasi terhadap bakteri anaerob. Hal tersebut disebabkan bakteri anaerob akan terbunuh jika terpapar dengan oksigen. Inkubasi bakteri anaerob dapat dilakukan pada alat khusus yang mencegah kondisi lingkungan yang kaya oksigen, yaitu alat yang disebut anaerobic jar. Anaerobic jar mempunyai banyak tipe, salah satunya adalah yang memanfaatkan teknik GasPak system (Cappuccino & Sherman, 2001).
Prinsip kerja dari alat anaerobic jar yang menggunakan teknik GasPak system adalah dengan mengeluarkan oksigen dari botol yang tertutup dengan bantuan GasPak Generator dan katalis. Sistem tersebut menggunakan bungkus kimia GasPak Generator yang terdiri dari sodium bikarbonat dan sodium borohidrit, yang nantinya akan bereaksi dengan air sehingga menghasilkan karbon dioksida dan hidrogen. Proses penambahan air dilakukan sebelum botol ditutup, dengan cara dipipet ke dalamnya. Setelah itu, paladium, yang terletak di tutup botol, mengkatalisis pembentukan air yang berasal dari hidrogen dan oksigen residu. Akhirnya, kandungan oksigen semakin berkurang dan kandungan karbon dioksida semakin meningkat, sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri anaerob (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).
Untuk mengecek alat anaerobic jar masih bekerja dengan baik atau tidak, dapat menggunakan indikator biologi dan kimia. Indikator biologi yang dapat digunakan seperti Pseudomonas aeruginosa dan Clostridium welchii. Indikator biologi dapat digunakan untuk melihat kecukupan prosedur anaerob yang terjadi pada alat anaerob jar. Namun, pengecekan dengan indikator biologi memerlukan waktu yang lama (harus menunggu tahap inkubasi sampai selesai) dan hasilnya bergantung juga pada medium yang digunakan (Watt dkk., 1976). Sementara itu, indikator kimia yang sering digunakan adalah metilen biru. Metilen biru akan menjadi berkurang warnanya pada kondisi yang kehilangan oksigen (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).
6.Penangas air (Water bath)
Penangas air besfungsi untuk menyimpan media agar (yang digunakan untuk analisa dengan teknik tuang / pure plate ) supaya media tetap dalam kondisi leleh/cair, bisanya suhu diatur pada kisaran 40-45oC. Untuk menjaga air pada penangas air tidak terkontaminasi mikro organisme maka perlu ditambahkan citric acid 0.3% dan potassium sorbat 0.1%.
7.PH Meter
PH meter berfungsi untuk mencek derajat keasaman / PH media, karena derajat keasaman sangan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba.
8.Timbangan digital / neraca digital
Neraca digital berfungsi untuk menimbang media dan juga sample atau contoh uji saat preparasi.
9.Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow
Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar flow. Selain itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme. Alat MSC mempunyai berbagai tipe sirkulasi udara, setidaknya ada tiga tipe. Salah satu tipenya, udara yang telah terfiltrasi dialirkan ke seluruh MSC agar tercipta sirkulasi udara yang baik, kemudian dikeluarkan melalui suatu exhaust air. Sirkulasi udara bersih tersebut dapat mencegah kontaminasi pada saat melakukan kegiatan pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme (Collins & Lyne, 2004).
10.Colony counter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawankarena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.
11.Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm.
12.Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)
Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur.
13. Desikator
Desikator adalah alat yang menjaga suatu material dalam kondisi kering dan menjauhkannya dari uap air. Desikator disebut juga kotak pengering karena segala sesuatu yang disimpan di dalamnya akan menjadi kering. Hal tersebut karena adanya suatu desiccant, yaitu suatu agen yang dapat mengabsorpsi semua uap air yang ada di udara pada lingkungan desikator yang tertutup. Salah satu desiccant yang sering digunakan adalah silika gel. Silika gel akan berubah warna setelah mengabsorpsi uap air. Perubahan warna pada silika gel karena reaksi kimia yang terjadi antara silika gel dengan air yang telah diabsorpsi.
14. Vorteks
Vorteks merupakan alat yang digunakan untuk mencampur sejumlah bahan dalam suatu botol. Prinsip kerja dari vorteks adalah dengan memberikan putaran atau guncangan pada botol sehingga berbagai campuran bahan yang ada di dalam botol tersebut menjadi tercampur secara merata. Proses pencampuran bahan pada vorteks harus dilakukan di ruangan mikrobiological safety cabinet untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Collin & Lyne, 2004).
15. Sentrifugator
Sentrifugator adalah alat yang digunakan untuk mempelajari struktur dan fungsi suatu komponen sel. Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan atau memfraksionasi setiap komponen sel berdasarkan berat jenis dari tiap komponen sel. Alat tersebut memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan mengendap dan substansi yang lebih ringan akan berada di atas. Jika kecepatan sentrifugator semakin meningkat, komponen yang lebih ringan akan mengendap di dasar. Komponen sel yang mengendap disebut pellet, dan komponen sel yang tersuspensi di atasnya disebut supernatan. Pellet yang berhasil didapatkan nantinya akan dipelajari lebih lanjut untuk diketahui fungsinya (Campbell & Reece, 2009).
16. Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan suatu sampel kultur. Pengukuran tingkat kekeruhan bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi sel bakteri yang berada pada suatu sampel (Benson 2001; Nester dkk. 2003). Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan mengkonversi jumlah cahaya yang diserap oleh sampel (absorban/densitas optik, O.D.) menjadi jumlah konsentrasi sel bakteri. Sebelumnya, jumlah cahaya yang diteruskan (%T) oleh sampel harus diketahui dengan cara melihat jarum galvanometer yang tertera pada alat spektrofotometer. Jumlah cahaya yang diteruskan (%T) tadi, kemudian dimasukkan ke dalam rumus densitas optik (O.D.) sebagai berikut:
O.D. = 2 – log . (%T)
Angka O.D. yang telah didapatkan kemudian dikonversi dengan menggunakan tabel logaritma atau kalkulator, sehingga jumlah konsentrasi sel bakteri pada sampel tersebut dapat diketahui (Benson, 2001).
Cara Kerja Peralatan
No. | Nama Alat | Fungsi | Cara Kerja |
1. | Autoclave | Untuk mensterilkan alat dan bahan. |
|
2. | Jarum Ose | Untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. | Jarum Ose disentuhkan pada bagian mikrobia kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati. |
3. | Enkas | Sebagai tempat penanaman mikroba. | Pengerjaan sampel dengan aseptis dan menekan udara bebas. |
4. | Inkubator | Tempat menyimpan hasil penanaman mikroba. |
|
5. | Magnetik Stirer | Untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. |
|
6. | Timbangan Analitik | Menimbang bahan yang akan digunakan dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi. |
|
7. | Fortex | Untuk mengaduk senyawa kimia yang ada dalam tabung reaksi atau wadah. |
|
8. | Erlenmeyer | Untuk menampung larutan, bahan atau cairan. |
|
9. | Tabung Reaksi | Wadah untuk mereaksikan dua atau lebih larutan/ bahan kimia. Wadah pengembangan mikroba, misalnya dalam pengujian jumlah bakteri. |
|
10. | Cawan Petri | Sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. |
|
11. | Alumunium Foil | Sebagai penutup Erlenmeyer/tabung reaksi. |
|
12. | Plastic Wrap | Menutup wadah (cawan petri) yang sudah berisi media yang akan diteliti. |
|
13. | Jangka Sorong | Untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. |
|
14. | Colony Counter | Untuk menghitung jumlah koloni mikroba. |
CATATAN : Jika penggunaan memerlukan waktu yang lama, colony counter harus sering di matikan. |
15. | Mikropipet | Memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. |
|
16. | Tip / Ujung Mikropipet | Sebagai tempat untuk cairan dalam ukuran 1µl sampai 20 µl. |
|
17. | Pinset | Untuk mengambil benda dengan menjepit misalnya saat memindahkancakram antibiotik. | Bahan yang akan diambil, dijepit dengan pinset yang tengah-tengahnya ditekan. |
18. | Rak Tabung Reaksi | Tempat penyimpanan tabung reaksi agar posisi tabung tetap tegak. | Meletakkan tabung reaksi tegak lurus dalam jumlah banyak. |
19. | Bunsen | Untuk memanaskan medium, mensterilkan jarum inokulasi dan alat-alat yang terbuat dari platina dan nikrom seperti jarum platina dan ose |
|
20. | Paper Dish / Blank Dish | Alat sterilisasi dengan oven yang terbuat dari kertas saring dan di celupkan kedalam cairan antibiotik. |
|
Reference :
Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed.
Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. 2009. Biology, 8th ed.
Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002. Microbiology: A laboratory manual.
Collins, C. H. & P. M. Lyne. 2004. Collins & Lyne’s microbiological methods.
Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed.
Patching, J. W. & A. H. Rose. 1970. The Effects and control of temperature. Dalam: Norris, J. R. & D. W. Ribbons (eds.). 1970. Methods in microbiology volume 2.
Morello, J. A., P. A. Granato & H. E. Mizer. 2003. Laboratory manual and workbook in microbiology: Applications to patient care.
Nester, E. W., D. G. Anderson, C. E. Roberts, N. N. Pearsall & M. T. Nester. 2004. Microbiology: A human perspective, 4th ed.
Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction, 10th.
Watt, B., J. G. Collee & R. Brown. 1976. Tests of performance of anaerobic jars.
Tinggalkan komentar