JENIS BAHAN PENGAWET DAN FUNGSINYA DALAM PENGOLAHAN PANGAN
JENIS BAHAN PENGAWET DAN FUNGSINYA DALAM PENGOLAHAN PANGAN
Bahan pengawet terdiri dari bahan pengawet organik dan anorganik dalam bentuk asam atau garamnya. Pengawet berfungsi untuk memperpanjang umur simpan produk makanan dan menghambat pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu sering pula disebut senyawa anti mikroba (Winarno, 1989). Bahan pengawet anorganik diantaranya adalah sulfit, nitrit dan nitrat. Bahan pengawet organik meliputi asam asetat, asam propionat, asam benzoat, asam sorbat dan senyawa epoksida.
Bahan pengawet anorganik seperti sulfit, selain digunakan sebagai pengawet sering pula digunakan untuk mencegah reaksi browning pada bahan pangan. Nitrit dan nitrat biasanya digunakan untuk mengawetkan daging olahan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan menghasilkan warna produk yang menarik.
Bahan pengawet organik seperti asam sorbat, merupakan asam lemak monokarboksilat yang berantai lurus dan mempunyai ikatan tidak jenuh (α- diena). Bentuk yang biasa digunakan umumnya dalam bentuk garamnya seperti Na-sorbat dan K-sorbat. Pengawet ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri. Sorbat aktif pada pH diatas 6,5 dan keaktifannya menurun dengan meningkatnya pH.
Asam propionat (CH3CH2COOH) merupakan asam yang memiliki tiga atom karbon yang tidak dapat dimetabolisme oleh mikroba. Hewan tingkat tinggi dan manusia dapat memetabolisme asam propionat ini seperti asam lemak biasa. Penggunaan propionat biasanya dalam bentuk garam Na-propionat dan Ca-propionat. Bentuk efektifnya dalam bentuk yang tidak terdisosiasi, pengawet ini efektif terhadap kapang dan khamir pada pH diatas 5.
Asam asetat merupakan bahan pengawet yang dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan kapang, contohnya pertumbuhan kapang pada roti. Asam asetat tidak dapat mencegah pertumbuhan khamir. Asam asetat sebesar 4% kita kenal sebagai cuka dan aktivitasnya akan lebih besar pada pH rendah.
Epoksida merupakan senyawa kimia yang bersifat membunuh semua mikroba termasuk spora dan virus. Contoh senyawa epoksida adalah etilen oksida dan propilen oksida. Bahan pengawet ini digunakan sebagai fumigan terhadap bahan-bahan kering seperti rempah-rempah, tepung dan lain-lain. Etilen oksida lebih efektif dari propilen oksida, tetapi etilen oksida lebih mudah menguap, terbakar dan meledak, karena itu biasanya diencerkan dengan senyawa lain membentuk campuran 10% etilen oksida dan 90% CO2.
Bahan pengawet yang sering digunakan adalah Na-benzoat dengan rumus kimia C6H5COONa. Bahan pengawet ini sangat luas penggunaanya dan sering digunakan dalam bahan makanan berasam rendah untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan khamir pada konsentrasi yang rendah yaitu dibawah 0,1 %. Benzoat juga telah banyak digunakan dalam pembuatan jam, jelly, margarin, minuman berkarbonasi, salad buah, acar, sari buah dan lain lain. Menurut Winarno (1989), aktifitas antimikroba dari benzoat akan mencapai maksimum pada pH 2,5-4,5 dengan bentuk asam tidak berdisosiasi. Apabila dilihat dari tingkat kelarutannya maka benzoat dalam bentuk garamnya yaitu Na-benzoat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi pada air dan etanol sehingga pada penelitian ini digunakan bentuk Na-benzoat. Na-benzoat berbentuk kristal putih, tanpa bau. Perlu di ketahui bahwa penambahan Na-benzoat dapat mempengaruhi rasa produk, sebab Na-benzoat memiliki rasa astringent. Seringkali dengan penambahan Na-benzoat dapat menimbulkan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Apabila penambahan Na-benzoat melebihi 0,1 % maka sering kali menimbulkan rasa pedas dan terbakar.
Winarno (1989) menyatakan bahwa efektivitas dari Na-benzoat akan meningkat apabila ada penambahan senyawa belerang (SO2) atau senyawa sulfit (SO3) dan gas karbon (CO2). Efektivitas dari Na-benzoat dalam menghambat pertumbuhan mikroba meliputi jenis bakteri seperti Lactobacillus, Listeria, Kapang seperti Candida, Saccharomyces dan Khamir jenis Aspergillus, Rhyzopus dan Cladosphorium.
Legalitas dari penggunaan Na-benzoat digolongkan kedalam Generally Recognized As Safe (GRAS). Hal ini menunjukan bahwa penggunaanya memiliki toksisitas yang rendah terhadap hewan dan manusia. Hewan dan manusia memiliki mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien, sebab jika dikonsumsi 60-95 % dari senyawa ini akan dapat dikeluarkan oleh tubuh. Hingga saat ini benzoat dipandang tidak memiliki efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi dan tidak bersifat karsinogenik.
PENYIMPANAN DAN PENATAAN BAHAN KIMIA
PENYIMPANAN DAN PENATAAN BAHAN KIMIA
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Secara rinci, klasifikasi bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam PP No.74 Th 2001 tentang pengelolaan B3, klasifikasi tersebut sebagai berikut :
Ø Mudah meledak (explosive)
Ø Pengoksida (oxiding)
Ø Berbahaya (harmful)
Ø Korosif (corrosive)
Ø Bersifat iritasi (irritant)
Ø Beracun (toxic)
Ø Karsinogenik
Ø Teratogenik
Ø Berbahaya bagi lingkungan
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.
1. Lemari Penyimpanan Bahan Kimia
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaikanya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :
Table 1.1 Prioritas dan Kategori pada Penyimpanan Bahan Kimia
Prioritas |
Kategori Penyimpanan |
Kode Penyimpanan |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 |
Dibuat ketika dibutuhkan (jangan disimpan) Kasus khusus Cairan reaktif air |
Situ Spec Rad Cyl FL FW FS CLa CLb CW CS Cold T Ox GIn GOrg |
Bahan Kimia Korosif (CLa dan CLb)
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Penyimpanan bahan kimia korosif jangan sampai bereaksi dengan tempat penyimpanannya (lemari rak dan cabinet). Perhatikan bahwa diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan hebat, sehingga dapat mengganggu kesehatan pengguna.
Untuk keperluan penyimpanan, asam-asam yang berujud cairan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organik (misalnya asam asetat glacial, asam format, asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat), dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya adalah:
a. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
b. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
c. Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
d. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dll.
e. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
f. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari.
g. Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
h. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastik untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
i. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
a. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
b. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
c. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
d. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Pelarut mudah terbakar (FL)
Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam. Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent. Pisahkan dari asam peroksida dan oksidator lain.
Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api. Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable Storage Refrigerators“. Jangan sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
Padatan mudah terbakar (FS)
Bahan kimia padatan yang
cepat terbakar karena gesekan, panas, ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium (Na) harus disimpan di dalam minyak tanah (kerosene) atau minyak mineral.
Padatan flammable ini harus disimpan dalam cabinet flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible. Bila reaktif terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, dsb.
Agen Pengoksidasi (Ox)
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu juga jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
Sianida
Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap air
(FW dan CW)
Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air. Bahan yang reaktif dengan air apabila kontak dengan dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci).
Siapkan racun api kelas di dekatnya. Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering apabila terjadi kebaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silika gel.
Bahan piroforik
Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin.
Berikan tambahan sel yang kedap udara.
Bahan Kimia Sensitif Cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa contoh senyawa sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia ini harus terhindar dari cahaya. Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam botol berwarna coklat (amber bottle) pada tempat dingin dan gelap. Apabila botol penyimpan bahan kimia ini harus dibungkus dengan foil (kertas perak/timah), maka tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.
Bahan pembentuk peroksida
Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flammable.
Pisahkan dari pengoksidasi dan asam.
Bahan beracun (T)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker). Tulisi wadah bahan kimia ini dengan kata “bahan beracun”. Simpan di dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat. Tabel 1.2. memperlihatkan beberapa bahan kimia toksik yang selama ini sudah dicarikan penggantinya. Sedangkan Tabel 1.3. memperlihatkan bahan-bahan kimia karsinogen.
Tabel 1.2. Bahan Kimia Toksik dan Penggantinya
Bahan Kimia Toksik |
Pengganti |
Chloroform |
Hexanes |
Carbon tetrachloride |
Hexanes |
1,4-Dioxane |
Tetrahydrofuran |
Benzene |
Cyclohexane atau Toluene |
Xylene |
Toluene |
2-Butanol |
1-Butanol |
Lead chromate |
Copper carbonate |
p-Dichlorobenzene |
Naphthalene, Lauric acid, Cetyl alcohol, 1-Octadecanol, Palmitic acid, or Stearic acid |
Potassium |
Calcium |
Dichromate/Sulfuric acid mixture |
Ordinary detergents |
Trisodium phosphate |
Ordinary detergents |
Alcoholic potassium hydroxide |
Ordinary detergents |
Tabel 1.3. Bahan Kimia Karsinogen
Bahan Kimia Karsinogen |
|
Bahan Kimia Karsinogen |
|
Penyimpanan Gas Terkompresi (Cyl)
Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah terbakar.
Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggeser-geserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.
Bahan Kimia yang Incompatible
Tabel 1.4. Matriks Bahan Kimia yang incompatable
(tidak boleh disimpan bersamaan)
Asam An-organik |
Asam Oksidator |
Asam Organik |
Basa |
Oksidator |
Anorganik Racun |
Organik racun |
Reaktif air |
Pelarut organik |
|
Asam An-organik |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
|||
Asam oksidator |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
|||
Asam organik |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
||
Basa |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
|||
Oksidator |
X |
X |
X |
X |
|||||
An-organik racun |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
|||
Organik racun |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
|||
Reaktif air |
X |
X |
X |
X |
X |
X |
|||
Pelarut organik |
X |
X |
X |
X |
X |
x = tidak boleh disimpan bersamaan
Tabel 1.5. Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan Kimia |
Tidak Boleh Bercampur dengan |
Asam asetat CH3COOH |
Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3; Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2; Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2; Permanganat, KMnO4 |
Aseton CH3COCH3 |
Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat, NaOH, KOH |
Asetilen C2H2 |
Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg |
Logam alkali Li, Na, K |
Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen, F2, Cl2, Br2, I2 |
Amonia anhidros, NH3 |
Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2; Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2 |
Amonium nitrat, NH4NO3 |
Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat, ClO3– ; Nitrit, NO2–; belerang, S8; serbuk organik; bahan dapat terbakar |
Anilin C6H5NH2 |
Asam nitrat, HNO3; Hidrogen proksida, H2O2 |
Bahan arsenat, AsO3– |
Bahan reduktor |
Azida, N3– |
Asam |
Brom, Br2 |
Amonia, NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6; butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8 ( atau gas minyak bumi), hidrogen, H2; Natrium karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk logam |
Kalsium oksida, CaO |
Air, H2O |
Karbon aktif, C |
Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator |
Karbon tetraklorida, CCl4 |
Natrium, Na |
Klorat, ClO3– |
Garam amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8; Bahan organik serbuk; Bahan dapat terbakar |
Asam kromat, H2Cr2O4; Krom trioksida, Cr2O3 |
Asam asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O; gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin; alkohol; cairan mudah terbakar |
Klor, Cl2 |
Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane, propane (or other petroleum gases), hydrogen, sodium carbide, turpentine, benzene, finely divided metals |
Klor dioksida, ClO2 |
Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfida |
Tembaga |
Asetilen, hidrogen peroksida |
Cumene hidroperoksida |
Asam, organik atau anorganik |
Sianida |
Asam |
Cairan dapat terbakar |
Amonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat, Natrium peroksida, halogen |
Hidrokarbon |
Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida |
Asam sianat |
Asam nitrat, Basa |
Asam florida |
Ammonia, aqueous or anhydrous |
Hidrogen peroksida |
Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan logam atau garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin, Nitrometan, Cairan dapat terbakar |
Asam sulfide |
Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator, Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen |
Hipoklorit |
Asam, Karbon aktif |
Iod |
Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen |
Raksa |
Asetilen, Asam fulmanat, Amonia |
Nitrat |
Asam sulfat |
Asam nitrat (pekat) |
Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam sulfida, Cairan dapat terbakar, Gas dapat terbakar, Tembaga, Kuningan, Logam berat |
Nitrit |
Asam |
Nitroparafin |
Basa anorganik, Amina |
Asam oksalat |
Perak, Raksa |
Oksigen |
Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat terbakar |
Asam perklorat |
Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas, Kayu, Lemak dan oli |
Peroksida, organic |
Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan di tempat dingin |
Fosfor (putih) |
Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor |
Kalium |
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air |
Kalium klorat dan Perklorat |
Asam sulfat dan asam lain |
Kalium permanganat |
Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat |
Selenida |
Bahan reduktor |
Perak |
Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa amonium, Asam fulmanat |
Natrium |
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air |
Natrium Nitrit |
Amonium nitrat dan Garam amonium lain |
Natrium peroksida |
Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat anhidrida, Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin, Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural |
Sulfida |
Asam |
Asam sulfat |
Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat (atau senyawa dari logam ringan seperti natrium, litium, dll.) |
Telurida |
Bahan reduktor |
From: Manufacturing Chemists’ Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory, pp. 215-217, Van Nostrand Reinhold |
Tempat Cairan Bahan Kimia
Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapasitas tray 110 % volume botol terbesar atau 10% dari seluruh volume.
Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan aluminium.
Chemical Storage Cabinets
Approved corrosive cabinets berfungsi untuk penyimpanan asam dan basa.
Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.
2. Pemberian Label dan Wadah Penyimpanan Bahan Kimia
Keamanan informasi sangat penting untuk keamanan peralatan dan bahan. Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih
untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagent jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya:
- Nama kimia dan rumusnya
- Konsentrasi
- Tanggal penerimaan
- Tanggal pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen
- Lama hidup
- Tingkat bahaya
- Klasifikasi lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam kabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ke luar ruangan. Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam wadahnya. Ukuran wadah bahan primer yang perlu disediakan wadah sekundernya yaitu :
1. Cairan radioaktif ketika wadah berukuran ³ 250 mL
2. Semua cairan berbahaya lain untuk wadah ³ 2,5 L
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah:
1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat bahwa biaya pembuangan bahan kimia akan meningkat jika ditunggu sampai waktu cukup lama, oleh karena itu limbah kimia harus dibersihkan setiap saat.
KOMENTAR DAN PERTANYAAN